Wednesday, 4 January 2017

Tentang Rindu (Puisiku)


By: Asih


Hatiku bukan sebongkah kayu yang kering
Hatiku seperti langit yang luas
Namun
Terkadang langitpun menangis...
Dia..
Sekuntum rindu yang membuat langit menangis
Tangisnya tidak bisa dihentikan
Meskipun matahari berada di sampingnya
Rindu itu...
Datang dengan sendirinya
Dan enggan untuk pergi ...


Aku sadar...
Bahwa aku merindukanmu
Rindu yang sesungguhnya tidak diperbolehkan
Karena sebuah janjiku yang telah diikrarkan
Setidaknya biarlah aku merindukanmu dalam sepi
Karena rindu tidak jua pergi
Merindukanmu adalah suatu kebenaran yang menyakitkan
Ya...
Amat menyakitkan
Seharusnya memang tidak seperti itu
Tapi aku bisa apa?
Biarlah aku menderita dalam keindahan



Sebait puisi yang kutulis untukmu
Ya...
Tentang sebuah rindu yang bersemayam dalam hatiku
Kau belum mengenalku secara utuh
Namun aku mengenalmu lebih dari dirimu sendiri
Maka apapun yang kulakukan kini
Adalah untuk mengenangmu
Mengenang perasaan yang sempat singgah di hatiku
Yang hanya akan membuatku tampak menderita
Namun aku tak pernah merasa ini sebuah derita
Yang kurasakan adalah sekuntum bahagia
Bila aku mengenangmu
Mengenang kata per kata yang kau tulis untukku
Dulu...
Namun aku tetap menyimpannya di sini
Di palung hatiku yang terdalam....



Hatiku bukan batu
Yang keras dan kasar
Maafkan aku yang selama ini selalu menyusahkanmu
Menyulitkanmu dengan berbagai tanya dan praduga
Yang sesungguhnya tidak ingin aku tahu
Namun kau malah membuatku tahu
Aku hanya wanita biasa
Yang memiliki hati rapuh dan mudah patah
Aku lebih memilih untuk tidak tahu
Apa- apa yang kau sembunyikan
Agar aku bisa menikmati rasa dengan leluasa
Walaupun kelak aku tetap akan mengetahuinya...



Cerita itu hanya akan menjadi bumerang untukku
Ya
Cerita singkat kita
Kulingkari tanggal demi tanggal perkenalan kita
Kuhitung dan kejejali ke dasar hati
189 hari...
Ingin aku menghapus angka demi angka yang bertambah dari hari ke hari
Namun aku tak mampu
Aku tetap menghitung
Lajunya perkenalan kita
Karena aku masih menyimpan rasa itu
Rasa yang sesungguhnya ingin aku hempaskan
Namun sekali lagi aku menyerah
Maafkan aku
Karena rasa itu masih tetap ada...



Sesungguhnya aku tidak pernah marah
Aku tidak akan pernah marah kepadamu
Tidak akan pernah
Aku marah pada diriku sendiri
Karena aku menyimpan rasa yang salah
Pada orang yang salah
Aku mengutuki kebodohanku karena aku berani merindukanmu
Merindukan laki-laki yang tidak boleh kurindu
Maafkan aku
Karena aku menyimpan rindu terlalu dalam
Maafkan aku
Yang seharusnya sejak awal tidak boleh ada perasaan apapun padamu
Namun aku hanya manusia
Yang juga memiliki hati
Hati yang gampang jatuh dan mudah patah
Aku berharap kau tak pernah bermain-main lagi
Dengan banyak hati yang lainnya
Karena kau tidak akan tahu rasa itu hadir di hati siapa
Karena rasa itu mudah datang dan susah untuk pergi...



Aku
Tidak pernah mengatakan selamat tinggal dengan sungguh-sungguh
Kata perpisahan itu tidak benar-benar aku ucapkan
Aku
Ingin selalu mengucapkan selamat datang padamu
Ingin benar-benar menyambutmu
Dengan sukacita
Maafkan aku
Karena aku pernah menyakiti hatimu
Membuatmu merasa dirimu bersalah
Padahal akulah yang bersalah
Aku memang tidak berguna
Baiknya aku pergi dengan sewajarnya saja
Karena aku sudah berani untuk datang
Maka aku harus berani untuk pergi
Namun aku tidak akan pernah mengucapkan selamat tinggal
Karena aku masih memiliki setitik harap
Bahwa kelak pasti kita akan bertemu lagi...


Teruntuk seseorang
a