Wednesday, 13 July 2016

Ketika Pertanyaan Menjadi Duri

Kapan nikah? kerja dimana sekarang?

Kedua pertanyaan itu pasti sering kita dengar saat kumpul keluarga, atau reuni teman-teman. Tentu saja kedua pertanyaan itu ditujukan untuk para lajanger, meskipun kerap pertanyaan yang kedua sering dilontarkan juga kepada para ibu-ibu yang masih produktif kerja meski sudah beranak pinak. Sebenarnya untuk apa mereka mempertanyakan hal-hal yang bukan urusan mereka, toh sama sekali tidak ada untungnya buat mereka. Jika kedua pertanyaan itu dilontarkan kepadaku, yang memang belum memiliki jawaban atas kedua pertanyaan itu, mungkin para kepoers (sebutan untuk mereka yang sering bertanya) yang sebenarnya sudah tahu kondisiku yang pengangguran terselubung sekaligus masih menyandang status jomblo ini hanya berujar deudeuh teuing (kasihan sekali), sambil melirik jijik seolah-olah aku adalah makhluk astral dari dunia lain.
Siapa yang mau bernasib malang seperti itu? Tapi kembali lagi pada diriku sendiri, ini adalah pilihan hidup. Sesungguhnya aku bukan seratus persen pengangguran tetapi aku berfikir, berinovasi, maka aku bukan pengangguran. Mengenai kejombloan, itu adalah nasib yang harus aku pikul dari prinsip yang aku jalani. Aku berprinsip aku tidak mau pacaran, maka aku berusaha dan berdoa agar jodoh yang tepat datang melamarku. Mungkin itu terlalu klise dan mungkin jarang sekali terjadi di era sekarang ini. Tapi siapa yang peduli? aku lebih takut kepada Tuhanku daripada manusia.
Maka sekarang ini aku selalu takut, takut bertemu dengan mereka yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Aku lebih memilih menyendiri, meratapi kesedihanku sendirian tanpa harus bagi-bagi pada orang lain. Mereka tidak pernah tahu kelak aku akan menjadi seperti apa. Bisa saja aku menjadi lebih diatas mereka, roda kehidupan itu selalu berputar. Biarlah mereka menyakiti hatiku semau, sepuas mereka, yang penting aku tidak menyakiti hati mereka. Karena aku sangat yakin, Alloh itu tidak pernah tidur!!!!


Salam,
~zieh